Foto : Freepik
Oleh : Muhammad Al Gifari
Sang setan merah siapa yang tak kenal julukan dari tim sepak bola tersohor ini? Namanya yang harum bak ladang lavender sudah dikenali banyak penggemar sepak bola di penjuru negeri. Namun, kini nama yang harum itu terdengar seperti lelucon yang pantas untuk ditertawai. Dulu menghiasi media dengan nama besar yang disegani, kini dengan problematika yang tak kunjung henti.
Sejak ditinggalkan oleh kepelatihan Sir Alex Ferguson sang setan bak mati suri. Sang penguasa liga inggris tampak tak berdaya untuk berdiri, untuk menjaga singgasana yang kini telah terganti oleh rival sekota yaitu Manchester City.
Ya, inilah tim kebangganku Manchester United. sejak kecil aku telah mendukung tim ini, bermula ketika tak sengaja ku mengganti saluran tv. Sang setan bermain apik menyerang segala lini dari Manchester City, hingga puncaknya ketika Wayne Rooney mencetak gol salto untuk memastikan kemenangan derby.
Masa itu memang lah sangat indah, ketika menonton sang setan yang hampir jarang kalah. Setiap pertandingan bagaikan serial romansa indah yang begitu menggugah, tanpa takut menangis karena hasil kalah.
Namun, kini semua telah berubah sejak Sir Alex pensiun dan kepelatihan berganti. Sang setan berjalan tak tentu arah, meski pelatih silih berganti masih tak ada yang mampu mengendalikan sang setan merah mendapatkan trofi liga kembali.
Beberapa pelatih ternama telah berusaha untuk mengendalikan setan merah kembali ke jalur juara, namun tak satupun mampu berhasil mengembalikan setan merah seperti zaman Sir Alex. Pelatih pertama yang mencoba mengembalikan setan merah ialah David Moyes namun sayang ia hanya mampu membawa sang setan merah untuk menjuarai Community Shield selebihnya Moyes tidak mampu membawa tim ini lebih jauh lagi.
Pada zaman Moyes memang aku merasakan perbedaan gaya permainan dari setan merah yang aku kenal pertama kali, namun disini aku tetap optimis bahwa Moyes dapat memperoleh trofi lebih banyak lagi. Namun, harapan itu makin terpuruk melihat performa dari setan merah yang malah semakin memburuk.
Sedih melihatnya, namun tak lama kemudian aku mendengar bahwa sang setan merah akan merekrut pelatih anyar dari Belanda. Banyak media yang mengatakan bahwa Louis Van Gaal dapat mengembalikan kejayaan setan merah, namun seperti sebelumnya permainan pun masih jauh dengan harapan bermain seperti tak kenal arah dan tujuan, meskipun begitu ia masih mampu memberikan piala FA untuk sang setan merah.
Gundah gulana karena merasa tak kunjung mendapatkan pelatih yang dapat membangkitkan tim ini kembali ke masa jayanya. Rasa kecewa, kesal, dan sedih sudah tidak tertahankan ingin rasanya berpindah tim namun karena kecintaan ini aku tetap bertahan bersama Manchester United selalu mendukung sambil berharap bahwa semua ini akan segera berlalu.
Namun, Mourinho datang membawa angin segar, tak seperti pelatih lain Mourinho memberikan gaya baru pada setan merah. Semangat juang, gaya permainan serta ketenangan semua satu padu di bawah kepelatihan Mou, serta perolehan trofi Eropa yang telah lama sudah tidak kita rasakan kini kembali terjadi di era Mou. Membuat saya semakin bahagia dengan kepelatihan Mou . Sayang kali ini yang bermasalah bukan dari pelatih melainkan management yang berulah. Setelah Mou hal ini terulang kembali di era Ole ketika sudah mendapatkan pelatih yang tepat dan dapat mengembalikan kejayaan United tetapi tidak didukung oleh pihak manajemen sehingga United harus ditinggalkan oleh pelatih yang begitu hebat.
Mungkin mereka bingung, mengapa aku masih mendukung Manchester United ketika tau bahwa tim ini telah berubah. Mengapa tidak berganti mendukung Real Madrid yang tiap tahun juara bukankah itu lebih menjanjikan? Pertanyaan itu tidak sedikit aku dapatkan dari beberapa temanku. Namun, menurutku mendukung sebuah tim bukanlah karena soal juara dan kemenangan. Mendukung itu tidak selalu harus ketika tim kita di atas, namun ketika tim kita di bawah mereka malah lebih membutuhkan dukungan itu, lalu mengapa saya harus berpindah ketika tim saya membutuhkan dukungan saya?
Seperti yang kita ketahui dalam sepak bola sebuah tim kebanggan adalah hal yang sakral, maka berpindah tim yang kita dukung itu sedikit kurang etis dalam dunia sepak bola. Maka dari itu jika aku pernah merasakan kejayaan dari setan merah maka kini saya harus menemani ketika berada di masa terpuruknya.
Namun, aku melihat harapan dari kepelatihan kali ini, banyak yang meragukan kepelatihan Ten Hag terlebih lagi karena musim ini menjadi musim terburuk Manchester United dengan total 14 kekalahan, menurutku hal ini tidaklah buruk karena jika melihat total kasus cedera yang mencapai 64 kasus. Ini memang musim terberat setan merah bukan berarti menjadi musim terburuk.
Setan merah musim ini mampu mengamankan gelar juara FA yang dimana juga memastikan keikutsertaan dalam kompetisi Eropa musim depan serta musim lalu mendapat kan trofi cup pada musim pertamanya, maka menurutku Ten Hag akan mampu mengembalikan masa keemasan setan merah.
Mengganti pelatih bukanlah selalu menjadi jawaban, jika pelatih tidak diberi waktu untuk mengembangkan bagaimana kita akan mendapatkan hasilnya. Maka bersabar mungkin akan menjadi jawaban untuk tantangan ini. Aku berharap sang setan dapat kembali bangkit dari tidurnya, serta mempercayakan keberlanjutan ini kepada Ten Hag yang dimana akan dapat mengendalikan kembali setan merah layaknya Sir Alex, dan kembali menjadi raksasa Inggris yang disegani seperti waktu pertama kali ku lihat.